Es balok tak laik untuk dijadikan campuran minuman.
[Republika] Anak sekolah tidak dapat terlepas dari jajanan. Sayangnya, tak semua jajanan yang tersedia di lingkungan sekolah dan rumah aman untuk kesehatannya. Sebagian ada yang membahayakan kesehatan. Akan tetapi, rasanya yang gurih dan memanjakan lidah membuat mereka gemar mengonsumsinya.
Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan POM RI, Roy Sparringa menjelaskan hasil pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) oleh lembaganya menunjukkan ada beberapa PJAS yang tidak memenuhi syarat dan mengandung bahan berbahaya. Ada pula yang menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas yang diizinkan. Sejumlah kudapan bahkan memiliki kualitas mikrobiologi yang buruk.
Data BPOM hingga semester satu tahun 2013 menunjukkan ada sekitar enam persen PJAS mengandung bahan berbahaya. Jajanan yang dibubuhi bahan tambahan pangan berlebih mencapai 17 persen. Lantas, kudapan yang angka mikrobiologinya buruk masih sangat tinggi yakni 76 persen.
Tingginya permasalahan kualitas mikrobiologi PJAS tersebut berasal dari rendahnya kesadaran higiene dan sanitasi penjual. Terbatasnya akses air bersih serta terbatasnya sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan kebersihan juga turut memengaruhi buruknya potret PJAS. "Beberapa makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat di antaranya es, minuman berwarna dan sirup, jelly atau agar, bakso, dan mi," ungkap Roy dalam workshop Sehatnya Duniaku, Rabu (9/10) silam di Jakarta.
Hasil uji coba BPOM menunjukkan jenis pangan yang paling tidak memenuhi syarat adalah produk es. Kualitas mikrobiologinya terburuk karena terbuat dari air yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum, tanpa klorinasi, dan tidak dimasak terlebih dahulu. "Es balok sebenarnya digunakan untuk pendingin ikan, bukan untuk dikonsumsi," jelas Roy.
Dengan mengonsumsi es balok dan jajanan yang tidak memenuhi syarat lainnya, anak akan mudah terpapar penyakit. Baik penyakit jangka pendek maupun jangka panjang. Penyakit yang paling sering dijumpai adalah diare, tifus, dan keracunan makanan. Anak yang mengonsumsi es balok juga ikut mengkonsumsi bakteri yang ada didalam es balok yang terbuat dari air mentah. "Bakteri tidak dapat mati dengan pembekuan, justru malah awet," papar Roy.
Selain bahan Baku yang tidak memenuhi syarat, manusia atau penjualnya juga akan memengaruhi jajanan anak sekolah. Misalnya penjualnya tidak memerhatikan higiene dan sanitasi pengolahan, penyimpanan, maupun penyajian jajajan. Tidak tersedianya air bersih untuk mencuci tangan penjual dan mencuci peralatannya juga memperparah keadaan. Ini akan menambah jumlah bakteri yang menempel pada jajanan. "Kontaminasi silang ini berbahaya," ujar Roy.
Mi bakso, contohnya. Walaupun panas dari kuah bakso bisa mematikan mikroba, jajanan belum tentu terbebas dari kuman. Kotornya peralatan, tangan penjual, serta penyimpanan, pengolahan, maupun penyajian mi bakso pun bisa mengundang masuknya kuman ke jajanan.
No comments:
Post a Comment