SULIT dimungkiri, Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden 2014 tak semulus yang diharapkan. Ajang untuk
memilih pemimpin negeri ini lima tahun ke depan itu dinodai banyak kampanye
hitam yang tentu saja pantang dibiarkan. Hanya tindakan supertegas yang dapat
membersihkannya.
Ditilik dari sudut mana pun,
kampanye hitam bertentangan dengan peradaban. Kampanye hitam, kampanye yang
semata berpijak pada kebohongan, pun hanya akan membuat wajah demokrasi buram.
Celakanya, praktik-praktik tak
patut itulah yang masih didewakan sebagian kelompok anak bangsa di pilpres kali
ini. Demi memenangkan sang jagoan, demi mengantarkan pasangan capres-cawapres
yang didukung ke tampuk kekuasaan, mereka menempuh segala cara.
Tanpa risih, mereka mengingkari
nurani, menafikan kejujuran, dan mengagungkan fitnah untuk menjatuhkan lawan.
Sikap-sikap itulah yang tecermin
dalam tabloid bodong Obor Rakyat. Tabloid itu disebarkan ke
pesantren-pesantren, masjid-masjid, surau-surau, dan ke tokoh-tokoh masyarakat
di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Sebagai tabloid bodong karena
alamat redaksinya fiktif dan tak memenuhi syarat sebagai lembaga pers, isi Obor
Rakyat pun bodong, sarat kebohongan, dan penuh dusta.
Tujuannya cuma satu, yakni
menyudutkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan cara-cara kotor.
Kita jelas tak bisa menoleransi
dan membiarkan kampanye hitam seperti itu mencemari nilai-nilai suci demo
krasi. Karena itu pula, kita mendesak aparat terkait sigap dan tegas bersikap.
Tidak ada alasan lagi bagi
penegak hukum berlama-lama menindak pengelola Obor Rakyat. Ruang pengusutan
sudah terbuka lantaran koki pengolah berita-berita yang disajikan tabloid
setebal enam halaman itu sudah ketahuan. Orang itu ialah salah satu pekerja di
salah satu situs berita online.
Kini, bola berada di tangan Mabes
Polri sebagai salah satu bagian dari sentra penegakan hukum terpadu pemilu.
Merekalah yang berkewajiban menindaklanjuti pengaduan tim sukses Jokowi-Jusuf
Kalla setelah pengaduan itu dilimpahkan oleh Badan Pengawas Pemilu kepada Polri.
Sebetulnya, tidak perlu Mabes Polri, bila ada kemauan, polsek pun bisa menindak
pelakunya.
Tindakan cepat, tegas, dan tuntas
ialah jawaban untuk memadamkan api provokasi Obor Rakyat. Jangan ada kesan
Polri melakukan pembiaran. Polri mesti bertindak cepat karena keresahan rakyat
sudah memuncak. Ambil contoh Gerakan Pemuda Ansor Jember yang sampai-sampai
membentuk tim khusus untuk menyelidiki jaringan penyebar tabloid itu. Kita
jelas tidak ingin konflik horizontal meletup karena aparat lamban menuntaskan persoalan.
Ketegasan mutlak ditunjukkan
Polri sebagai terapi kejut agar cara-cara kotor dalam berkampanye tak berbiak
dan negeri ini tak tenggelam dalam lautan fitnah. Juga harus tuntas, sebab
diyakini penerbitan dan penyebaran Obor Rakyat melibatkan jaringan kuat.
Bahkan, nama salah satu asisten staf khusus presiden disebut-sebut sebagai
orang yang berada di belakang Obor Rakyat.
Pilpres kali ini ialah momentum
terbaik bagi bangsa menuju perubahan. Namun, harapan seluruh anak bangsa itu
mustahil terwujud jika masih ada yang mengandalkan cara-cara kotor dalam
berkontes. Negeri ini hanya akan lebih baik jika pemimpin dihasilkan dengan
cara-cara yang baik, bukan dengan menebar fitnah dan kebohongan.
No comments:
Post a Comment