Suriah Dikorbankan

Setelah tercapai kesepakatan rahasia antara Sadat, Kissinger, dan Meir, disusuntah sebuah skenario. Mesir akan dibiarkan menerobos Sinai dengan menyeberangi Terusan Suez dan Israel hanya akan mempertahankan lembah menuju Mittta and Giddi.

Sementara untuk Suriah diputuskan untuk dihancurkan secara militer. Itulah sebabnya Israel lebih banyak mengonsentrasikan pasukannya di perbatasan timur dengan Suriah daripada perbatasan barat dengan Mesir, meski yang terakhir ini memitiki kekuatan mititer jauh tebih besar. Adapun beberapa ribu tentara Israel yang ada di perbatasan Suez, sengaja dikorbankan.

Namun, sebagaimana aksi-aksi konspirasi lainnya, tidak semua aspek berjalan sesuai rencana. Demikian juga dalam konspirasi Perang Yom Kippur. Tidak seperti yang diperkirakan, Uni Soviet, dengan mengabaikan risiko terlibat konflik dengan Amerika, ternyata sangat antusias membantu Arab dengan gelontoran senjata yang dikirim langsung dengan pesawatpesawat pengangkut militernya.

Senjata-senjata itu adalah yang termodern pada masanya, khususnya rudal-rudal antitank. Masalah lainnya, ternyata senjata-senjata yang dikirimkan Soviet jauh lebih unggul dibanding senjata Israel yang dipasok Amerika.

Sebelum Perang Yom Kippur, Israel sering mengolok-olok tentara Arab yang kebanyakan menderita fobia atau ketakutan terhadap tank. Mereka berlarian dari posnya jika mendengar atau metihat tank-tank Israel menuju ke posisi mereka.

Namun, dengan senjata-senjata antitank “Sagger” yang akurat dan cukup dipanggul oleh seorang tentara, Mesir tiba-tiba saja menjadi kampiunnya perang tank. Senjata tersebut menghancurkan 800 sampai 1.200 tank Israel.

Maka, pasukan Mesir dengan “lenggang kangkung” menerobos Sinai. Gema “Arab mengalahkan Israel!” menggema di seluruh Arab dan bah= kan dunia. Namun, itu justru membuat Sadat bingung. Untuk mencegah skenario melenceng lebih jauh dari rencana, Sadat pun memerintahkan pasukan Mesir untuk berhenti. Mereka hanya diperintahkan untuk menunggu tentara Israel.

Namun, saat itu Israel masih sibuk menghadapi Suriah di front timur. Merasa aman dari ancaman Mesir, Israel pun mengerahkan seluruh kekuatannya menghadapi Suriah. Suriah yang awalnya sukses menerobos Golan akhirnya terdesak mundur.

Haffez at Assad meminta pasukan Mesir untuk maju demi mengurangi tekanah atas Suriah, tapi Sadat menolak. Tentara Mesir tetap diam tidak bergerak, meski tidak ada satu unit pun tentara Israel mengadang mereka. Saat itu juga Haffez al Assad (ayah dari Presiden Bashar at Assad) sadar kalau Sadat tetah mengkhianatinya.

Sebagaimana Sadat, para pemimpin Israel pun terkejut dengan perkembangan perang. Suriah memang mundur, tapi setiap meter kemajuan Israel harus dibayar dengan mahal.

Hanya pengkhianatan Sadatlah yang telah menyelamatkan Israel dari Suriah. Skenario penghancuran total pasukan Suriah gagat ditakukan, Suriah juga tidak mampu lagi metakukan ofensif baru.

Israel kemudian mengatihkan konsentrasinya ke barat. Kali ini Golda Meir, yang kecewa pada Sadat karena tetah menghancurkan tentaranya dengan tertatu kejam, memutuskan untuk menghukum Sadat. la pun memindahkan sebagian besar pasukannya yang tetah dilengkapi dengan senjatasenjata terbaru Amerika ke barat.

Kata itu Yordania, yang terlibat datam peperangan mengirimkan pasukan ekspedisi ke pihak Suriah, mendapat kesempatan untuk memotong jalur transportasi Israel dari utara ke setatan. Raja Yordania Hussein pun mengajukan usulnya ke Sadat dan Haffez. Haffez dengan gembira menerima usul itu, tapi Sadat menolak.

Datam pengakuannya kepada Vinogradov kemudian, Sadat memberikan jawaban yang tidak rasional. Soal berhentinya tentara Mesir di Sinai, Sadat berdalih is tidak ingin pasukannya menghabiskan energi mencari tentara Israel.

Sedangkan mengenai proposal Raja Hussein, Sadat mengaku tidak percaya dengan kemampuan tempur pasukan Yordania. Jika Yordania diserang Israel, maka Mesir terpaksa harus menyelamatkannya. Padahal, bahkan para pemimpin Israel bisa memastikan, jika saja pasukan Mesir maju, dengan mudah mereka akan membebaskan seluruh Sinai dan Gaza dari pendudukan Israel.

Vinogradov menulis bahwa diamnya pasukan Mesir adatah karena Sadat menunggu Amerika turun tangan. Namun, yang datang ternyata adatah hukuman Israel.

Kala itu Tentara Ketiga Mesir berada 40 km dari posisi pasukan pendukungnya, Tentara Kedua. Padahat, seorang kadet militer yang masih hijau saja tahu, hat itu sangat membahayakan.

Membiarkan satu pasukan besar tanpa pelindung di garis belakangnya sama saja dengan menghancurkan pasukan itu. Musuh bisa dengan mudah menerobos dan kemudian mengepung pasukan tersebut hingga hancur pertahan-tahan.

Hat serupa pernah terjadi pada Tentara Ketiga Jerman dalam Perang Dunia Kedua yang terkepung oleh pasukan Uni Soviet justru ketika tengah mengepung Kota Stalingrad. Seturuh pasukan berkekuatan lebih dari 300.000 tentara itu pun hancur dan hanya 90.000 tentara tersisa yang ditawan Uni Soviet.

Maka, pasukan Israel di bawah komando Ariel Sharon menerobos “pertahanan Mesir sekatigus memotong jalur transportasi antara Ten tara Kedua dengan Tentara Ketiga sekatigus secara efektif menjadikan Tentara Ketiga terkepung di Sinai.

Tak hanya itu, tank-tank Ariel Sharon bahkan menyeberangi Terusan Suez dan mengancam kota-kota utama Mesir. Di saat ini, Amerika baru bertindak untuk “menyetamatkan Mesir”.

Gencatan senjata pun ditetapkan metalui Konferensi Jenewa yang diboikot Suriah. Sejak saat itu, terjadi perubahan orientasi potitik luar negeri di Mesir yang sangat tajam.

Sadat menjauhi Uni Soviet dan mendekati Amerika, sikap politik yang setanjutnya ditiru oleh pemimpinpemimpin Arab lainnya. la bahkan berkoar-koar bahwa Soviet tidak serius membantunya dalam perang.

Selain Amerika yang menangguk keuntungan politis, Sadat juga demikian. la muncul sebagai “pahlawan baru Arab” yang berhasil mengatahkan Israel. Namun, ia tidak bisa benlama-lama menikmati kemenangannya. Peluru-peluru tajam tentaranya yang merasa dikhianati menembus jantungnya dan menewaskannya tidak lama kemudian. ■ selamat ginting