Our Blog

Tragedi Sadat

[Republika] Mengapa Presiden Mesir Jenderal Besar Anwar Sadat harus dibunuh pada pesta kemenangan perang terhadap Israel?

Pada 6 Oktober 1981 Rakyat Mesir bersiap menyambut peringatan hari kemenangan dalam perang Yom Kippur melawan Israel 1973 dengan melakukan parade militer tahunan. Parade tentara ini diikuti kepala negara dan para panglima angkatan bersenjata.

Sang presiden Jenderal Besar Anwar Sadat dengan pakaian kebesaran militer duduk di podium utama bersama sejumlah pimpinan militer. Tapi, berbeda dari tahun tahun sebelumnya, kali ini, menurut istrinya, Jihan Sadat, Presiden Mesir, itu tidak mengenakan rompi antipeluru di bagian dalam baju militernya.

“Saya sudah ingatkan supaya tetap mengenakan rompi antipeluru, tetapi beliau menolak,” ujar Jihan.

Anwar Sadat dengan serius memperhatikan parade dan defile pasukan militernya. Truk-truk tentara yang membawa roket antipeluru dan berbagai kendaraan militer melintas di depannya. Setengah menit kemudian, giliran pesawat-pesawat militer yang lewat. Pesawat-pesawat itu melakukan gerakan akrobatik yang sangat menawan.

Hampir semua mata terfokus pada gerakan akrobatik pesawat tempur, termasuk Anwar Sadat dan para komandan dan pengawal khususnya. Mereka mendongakan pandangannya ke langit untuk melihat pertunjukan hebat itu. Saat itulah salah satu kendaraan militer pengangkut roket berhenti di depan podium tempat Jenderal Besar Anwar Sadat duduk.

Dari jarak sekitar 20 meter, Kholid Islambuliy turun dari kendaraan militer itu.

Tak ada satu pun yang perhatian dengan kehadiran Kholid, selain Anwar Sadat. Ia merasa Kholid datang untuk mengucapkan salam. Akan tetapi, Kholid malah melemparkan granat tangan yang meledak begitu membentur dinding podium.

Disusul granat berikutnya yang dilempar Atho Thoyal, kemudian granat ketiga oleh Kholid Islambuliy lagi, walaupun tidak meledak. Setelah itu, granat keempat dilempar Abdul Hamid Abdus Salam dan meledak di tengah orang-orang yang duduk.

Akibat ledakan ketiga granat yang cukup memekakkan telinga itu, semua kursi yang ada di podium kepresidenan dan yang duduk di atasnya terjungkal. Semuanya terkapar di bawah kursi-kursi itu akibat suara ledakan yang begitu keras dan susul-menyusul. Sebagian orang yang berdiri di dekat Anwar Sadat ikut terkena ledakan kilat ini.

“Kalian para pengkhianat …” ujar Anwar dalam Bahasa Arab sebelum akhirnya tubuhnya terkoyak oleh butir-butir peluru dari senapan serbu yang terpasang di atas truk militer yang ditembakkan Husain Abbas. Begitu melihat Jenderal Anwar, Husain langsung menembakan beberapa peluru. Sang jenderal pun jatuh bersimbah darah.

Sementara, Kholid Islambuliy kembali menembaknya dengan senapan serbunya di podium. Ia juga membunuh beberapa pembantu Anwar Sadat, beberapa tamu, dan teman dekatnya. Aksi tersebut tidak memakan waktu lebih dari 40 detik.

Peristiwa berdarah itu menggemparkan Mesir dan seluruh dunia tersentak. Presiden Mesir Anwar Sadat dibunuh dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Anwar tewas bersama tujuh orang dekatnya yang berada di panggung parade. Selain itu, 20 orang lainnya, termasuk empat diplomat Amerika, mengalami luka-luka.

Pembunuhan ini direncanakan begitu detail oleh seorang insinyur bernama Muhammad Abdus Salam Faroj. Ia juga penulis buku Al-Faridhoh Al-Ghoibah (Ke wajiban yang Hilang). Pelaku eksekusinya ada empat orang, yakni Kholid Islambuliy, Atho Thoyal, Abdul Hamid Abdus Salam, dan Husain Abbas.

Mereka yang terlibat dalam rencana itu diidentifikasi sebagai anggota Jihad Islam Mesir. Tapi, tindakan Islambouli itu dipandang sebagai perlawanan dari semangat Islam dan penolakan terhadap persetujuan Camp David antara Israel dan Mesir pada 1979. Persetujuan Camp David itu merupakan inisiatif perdamaian negara Arab pertama dengan negara Yahudi.

Sadat yang memimpin Mesir sejak 1970-an sempat berperang melawan Israel dan kemudian berdamai dengan tetangga Yahudi itu untuk mendapatkan kembali Sinai.

Buntut dari aksi itu, Islambouli yang bergabung dengan Jihad Islam Mesir bersama Muhammad al-Salam Faraj dare Essam al-Qamari, dieksekusi pada 15 April 1982. Setelah eksekusi, Islambouli malah dinyatakan sebagai pahlawan oleh banyak organisasi umat Islam sayap kanan di seluruh dunia dan menjadi simbol inspirasi untuk gerakan-gerakan Islam radikal.

Sebuah plot untuk membunuh mantan presiden Mesir Marsekal Hosni Mubarak oleh saudara Islambouli, yakni Mohamed Showqi, pernah digagalkan pada 1995. Dia ditangkap di bandara Kairo karena telah mendirikan koneksi aktif dengan sebuah kelompok. Setelah tiba dari Teheran pada Agustus 1995 dan sedang menunggu pengadilan ulang setelah mengajukan banding terhadap keyakinannya.

Showqi akhirnya dijatuhi hukuman mati secara in absentia di pengadilan militer pada 1992 atas perencanaan operasi teroris di Mesir.



Perang Yom Kippur adalah perang yang terjadi pada 1973 antara Israel melawan Mesir dan Suriah. Perang ini mengakhiri gencatan senjata di wilayah Timur Tengah yang disepakati pada 1970.

Perang Yom Kippur terjadi pada hari raya Yahudi, Yom Kippur, yang didahului oleh serangan Mesir dan Suriah. Mesir dan Suriah berusaha merebut kembali wilayah mereka yang hilang akibat kekalahan pada perang enam hari melawan Israel pada 1967.

Perang Yom Kippur yang berlangsung 19 hari, mengalami berbagai efek negatif domestik dan internasional sesudahnya. Perang Dingin yang terjadi pada waktu itu turut mewarnai konflik ini dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet berusaha membantu sekutu-sekutu mereka.

Setelah kemenangan pada perang enam hari, Israel menduduki wilayah baru, termasuk Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya milik Suriah dan Semenanjung Sinai milik Mesir. Para pemimpin Mesir dan Suriah akhirnya sepakat bergabung untuk melakukan operasi bersama meskipun dengan alasan berbeda.

Mesir berharap membuat Israel mengakui kekuatannya untuk kemudian memaksa penyelesaian damai. Sementara, Presiden Suriah berusaha mencari prestise politik dengan merebut kembali Dataran Tinggi Golan.

Perang Yom Kippur dimulai ketika tentara Mesir dan Suriah menyerang bersama pada 6 Oktober 1973. Selama hari-hari pertama Perang Yom Kippur, tentara Mesir dan Suriah berhasil mencetak kemenangan cepat.

Hal ini bisa dipahami mengingat Israel yang tidak menduga akan datangnya serangan sekaligus rasa percaya diri akan superioritas militer yang mereka miliki. Kernudian, turunlah bantuan dari negara superpower. Amerika Serikat memberikan bantuan peralatan militer sehingga mampu membalikkan keadaan.

Meskipun sudah dibantu Soviet, Mesir dan Suriah tidak mampu menahan laju balasan tentara Israel. Akibat kekhawatiran bahwa Perang Yom Kippur bisa memicu konflik terbuka dua kekuatan nuklir dunia (Amerika Serikat dan Uni Soviet), PBB berusaha keras untuk segera menyudahi perang.

Resolusi 338 Dewan Keamanan PBB akhirnya secara resmi mengakhiri Perang Yom Kippur pada 22 Oktober 1973. Sehingga, perang ini dinyatakan tidak ada pemenangnya.

Namun, tingginya biaya perang menyebabkan gejolak ekonomi di negara-negara yang terlibat perang, sekaligus memicu perselisihan politik.

No comments:

Post a Comment

Darwin Darkwin Designed by Templateism | Copas Tamplate Orang Copyright © 2015

Theme images by richcano. Powered by Blogger.